Sejarah meteran air berawal dari peradaban kuno, di mana kebutuhan untuk mengukur dan mengelola penggunaan air menjadi penting untuk keperluan pertanian, rumah tangga, dan publik. Perangkat paling awal yang dikenal untuk mengukur air adalah bendungan dan lubang sederhana yang digunakan oleh orang Mesir dan Romawi untuk mengatur aliran air dalam sistem irigasi dan saluran air. Namun, ini bukanlah meteran air yang sebenarnya, melainkan mekanisme kontrol aliran.
Konsep meteran air modern mulai terbentuk pada abad ke-19 selama Revolusi Industri. Seiring meningkatnya urbanisasi dan sistem penyediaan air menjadi lebih kompleks, kebutuhan akan pengukuran konsumsi air yang akurat pun meningkat. Meteran air pertama yang dipatenkan ditemukan oleh Siemens pada tahun 1851, yang menggunakan mekanisme piston untuk mengukur aliran air. Desain ini menjadi dasar bagi pengembangan selanjutnya.
Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, meteran air mengalami perkembangan yang signifikan. Penemuan meteran inferensial, yang menggunakan turbin untuk mengukur aliran, dan meteran perpindahan, yang mengukur volume air yang mengalir melalui sebuah ruang, menandai kemajuan besar. Meteran ini lebih akurat dan andal, sehingga cocok untuk digunakan secara luas dalam sistem air kota.
Pertengahan abad ke-20 menandai diperkenalkannya teknologi elektronik dan digital, yang semakin meningkatkan akurasi dan fungsionalitas meteran air. Meteran air modern kini sering kali menyertakan fitur-fitur seperti pembacaan jarak jauh, pencatatan data, dan deteksi kebocoran, yang menjadikannya bagian integral dari sistem pengelolaan air pintar.
Saat ini, meteran air merupakan alat penting untuk konservasi air dan pengelolaan sumber daya yang efisien. Meteran air telah berevolusi dari perangkat mekanis sederhana menjadi instrumen canggih yang memainkan peran penting dalam memastikan penggunaan air berkelanjutan di dunia yang semakin kekurangan air.